Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 03 Oktober 2014

Kenapa

     Persoalan hidup tidak semudah dengan menjawab ya dan tidak. Terkadang untuk mengambil sebuah keputusan antara ya dan tidak, diselingi pertanyaan kenapa dan bagaimana. Berpikir jauh itu perlu sebelum mengambil keputusan. Ada kalanya saran seorang teman adalah pilihan yang menurutnya baik, meskipun tidak bagi kita. Sebisa mungkin pilihan yang kita ambil, adalah pilihan yang terbaik buat kita, teman kita, dan yang utama Orang Tua kita. Hanya dua yang bisa dipastikan dalam kehidupan ini, kematian dan perubahan.
     Sudahkah kamu berguna? Sudahkah kamu melakukan suatu perubahan yang baik, dengan meninggalkan yang buruk? Sudahkah kamu mengambil keputusan dengan tepat? Sudahkah kamu berbakti pada Orang Tuamu? Seringkali kamu tertawa bercanda dengan temanmu, menanggapi masalah dengan ringan saja. Tak sadarkah kalian? hidup tak semudah membalikkan telapak tangan. Jika kalian mengecewakan Orang Tua kalian, dan berharap waktu akan berputar kembali, lalu kalian akan memilih jalan yang berbeda, sehingga tidak mendapatkan hasil yang buruk, apakah bisa? Tidak. Mustahil. Persoalan mungkin adalah sebuah hal yang ringan, tapi tidak dengan kecewa, berubahlah selagi mampu, coba keluar dari kotak hidup kalian, buka mata lebar-lebar, ada sejuta keindahan dan masalah yang belum kalian hadapi.
     Aku hanya menuliskan, apa yang ingin aku lakukan. Kenyataannya aku tidak bisa. Kenapa? karena tidak ada gunanya melakukan semua itu. Aku tidak pernah mementingkan kepetinganku diatas kepentingan orang lain. Belum berubah, masih tetap menjadi orang tempat berbagi kesedihan dan bahagiamu yang sementara, jika kau dapat yang baru, kau tinggalkan aku selamanya. Tapi aku tak terpuruk, aku tetap hidup hingga mencapai satu dari dua kepastian, kematian. Perubahan, kamu berubah, kepastian kedua. Kamu berubah, dari dekat jadi jauh, berarti menjadi tak berarti. Bahkan ribuan orang pun yang pergi meninggalkan aku, harapanku masih sama, kamu kembali. Kenapa? adalah pertanyaan tepat untuk menanyakan harapan itu, meski tanpa sepatah jawaban.


" Sebelum jauh seperti bumi dan matahari, ingatlah kita pernah sedekat nadi." (A)