Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 07 Juli 2016

Malam itu

Semilir angin seakan berbisik
Tentang lembaran yang telah berlalu
Bukalah, sedikit
Baca kembali, lihat yang tertinggal

Ah, sepi.
Bertambahnya usiaku membuatku sulit berada di tempat tinggi ini. Sudah susah naik, namun tak satupun dari golongan mereka yang nampak. Aku hanya merindukan masa itu. Kecewa, karena bagian terbesar memori itu justru absen pada malam itu. Halah.

Untungnya tiupan angin mencegahku. Mempersilahkan untuk bertamu sejenak. Ah, betapa banyak hal bodoh yang kulakukan dulu. Dasar, bocah. Hanya lari dari masalah. Satu persatu memoriku berkumpul, mengajakku menyimak jilidan kisah yang setengah terbakar. Benar, dialah pelaku utama kisahku itu.

Apa kabarnya dia, pelaku utama? Aku merasakan bibirku tersenyum. Benci mengakuinya, aku sedang mengenang dia. Bertanya-tanya, apa yang akan dia lakukan jika yang kulakukan masih sama? Mencari kabar, dan selalu ingin tahu tentang dia. Wah, nampaknya dia jauh lebih bahagia.

Malam itu aku sedikit mendapat umpan. Sedikit berkomunikasi dengannya sudah cukup membuatku senang. Dia tidak benci, rupanya.

Kuletakkan lagi ponselku. Ah, dasar, aku pernah mencintaimu dengan tulus dan aku tak punya apapun selain ketulusan. Setelah kau mengambilnya, apa lagi yang tersisa?
Bakka.

Mengambil napas panjang....
Menutup mata.
Malam itu adalah malam ini.

Semoga mimpimu indah, ya.

Kamis, 09 Juni 2016

Tahun Satu

Setaun sudah ngejalanin masa kuliah. Bener, seperti yang gue bayangin. Parahnya harapan gue selama kuliah belom ada yang terwujud. Kurang usaha kali ya, haha. Payah.

Pendidikan Indonesia ini terlalu rumit, sinting. Bahkan menurut hue, beban ilmu saintek ini bisa ngalahin hebatnya demokrasi Indonesia. Bisa jamin, orang yang bawaannya politik, terus kuliah di saintek, bakalan ciut. Bisa ditebak, generasi gue sekarang, yang 20 tahunan lagi bakal mimpin Indonesia bakal gagal. Pilihannya, Indonesia bakal dipimpin orang-orang soshum yang terlalu kritis dengan politik, Indonesia bakal dipimpin orang-orang soshum yang masa bodo sama negaranya sendiri, Indonesia bakal dipimpin sama orang saintek yang terlalu pinter sampe gampang dikibulin, Indonesia bakal dipimpin orang saintek yang krisis but bodo amat sama sainteknya, last, Indonesia bakal dipimpin sama orang saintek yang penurut (read: ya dia tau, tapi diem aja).

Demokrasi sudah mati. Kecium baunya. Gencar-gencar 65 tahun lalu sudah amblas. Eh gimana itu orang sastra? Masih ngelukis tulisan kah? Yang bisa memperkuat motivasi orang lain tapi dalam hati doang? Guys, kamu dan aku perlu bergerak.

Gimana geraknya? Entahlah. Sekarang kita dipasung sama sistem pendidikan. Sistem yang rumit, bikin mentalitas mati. Oh sial, rasanya gue pengen teriak.
Senioritas Junioritas. Bangke. Gila hormat aja kali. Gausah nyalahin maba yang emang notabene baru beradabtasi sama lingkungan baru. Oi, senior. Mereka tamu, bukan pekerja.

Ditambah lagi moralitas yang semakin menurun. Ini siapa sih yang ngejajah Indonesia? Pada gak sadar? Agama mulu diomongin. Bangsa lu woy, kapan?

Rasanya gue pengen ikut kubu koruptor dan komunis aja. Bisa maju dan makin pinter (read: ngakalin) gak kayak kita semua sekarang, macam pecundang.

Serem ya kuliah, kita diajarin buat mundur. Bukan melangkah apalagi maju.

Oh ya, sorry, ditinggal setaun blog udah usang. Banyak plugin mati. Sabar ya tampilannya jadi jelek :( Segera gue perbaikin deh.