Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 07 Juli 2016

Malam itu

Semilir angin seakan berbisik
Tentang lembaran yang telah berlalu
Bukalah, sedikit
Baca kembali, lihat yang tertinggal

Ah, sepi.
Bertambahnya usiaku membuatku sulit berada di tempat tinggi ini. Sudah susah naik, namun tak satupun dari golongan mereka yang nampak. Aku hanya merindukan masa itu. Kecewa, karena bagian terbesar memori itu justru absen pada malam itu. Halah.

Untungnya tiupan angin mencegahku. Mempersilahkan untuk bertamu sejenak. Ah, betapa banyak hal bodoh yang kulakukan dulu. Dasar, bocah. Hanya lari dari masalah. Satu persatu memoriku berkumpul, mengajakku menyimak jilidan kisah yang setengah terbakar. Benar, dialah pelaku utama kisahku itu.

Apa kabarnya dia, pelaku utama? Aku merasakan bibirku tersenyum. Benci mengakuinya, aku sedang mengenang dia. Bertanya-tanya, apa yang akan dia lakukan jika yang kulakukan masih sama? Mencari kabar, dan selalu ingin tahu tentang dia. Wah, nampaknya dia jauh lebih bahagia.

Malam itu aku sedikit mendapat umpan. Sedikit berkomunikasi dengannya sudah cukup membuatku senang. Dia tidak benci, rupanya.

Kuletakkan lagi ponselku. Ah, dasar, aku pernah mencintaimu dengan tulus dan aku tak punya apapun selain ketulusan. Setelah kau mengambilnya, apa lagi yang tersisa?
Bakka.

Mengambil napas panjang....
Menutup mata.
Malam itu adalah malam ini.

Semoga mimpimu indah, ya.

0 komentar:

Posting Komentar