Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 02 September 2015

#1

Mungkin ini bentuk perjanjianku dengan beliau. Segala kesenangan dan kebahagiaanku Kau renggut dalam sekejap. Tidak apa, aku menikmatinya. Kapan lagi bisa menikmati dalamnya luka? Luka yang lama telah direncanakan dan akan selalu ku nikmati, kini, esok hari, dan hari-hari berikutnya lagi. Aku tak bermaksud meninggalkan semua pada saat itu. Konyol. Ya, itulah aku. Bersama dengan luka ini, kuproklamirkan, aku yang menjadi pribadi baru. Sosok yang membawa ribuan luka tanpa mau membaginya. Sosok dengan cahaya yang redup, sangat redup.

Aku harus terus menatap masa depan, hingga akhirnya aku merasa jauh. Jauh dengan masa lalu saat aku menoleh kebelakang. Saat aku ingin mengatakan, sesungguhnya bukan ini yang aku mau. Hingga aku sadar, aku sudah terlalu jauh untuk kembali. Namun, juga terlalu jauh untuk melangkah. Hingga engkau-engkau yang menemaniku, berjalan melewatiku sambil menggenggam cahaya biru. Cahaya yang nampaknya menyenangkan dan tak pernah padam. Saat itu tiba aku akan tersenyum, mendoakanmu, dan memelukmu? Karena masa lalu tidak untuk dikenang maupun dibuang, melainkan dirindukan.

Aku, hanyalah aku yang terus mencari aku. Aku, saat ini, hanyalah cahaya kecil yang redup. Namun aku punya mimpi besar. Sangat besar. Yaitu menjadi cahaya yang terang dan bukan hanya terang, namun juga menerangi.